Rabu, 21 Oktober 2009

Masih terekam dalam setiap otak anak bangsa bahwa Negeri Kincir Angin dan Bunga Tulip yaitu negeri Belanda merupakan bangsa yang pernah menjajah bangsa Indonesia selama 350 tahun. Cerita dan sejarahnya sudah mulai dipelajari sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Berbagai macam penderitaan termasuk dalam dunia pendidikan di alami bangsa Indonesia selama di jajah Belanda. Generasi-generasi bangsa dibuat bodoh, mereka tidak boleh bersekolah, hanya orang-orang dari kalangan tertentu yang dapat mengeyam pendidikan yang layak. 

Belanda memperkenalkan sekolah pendidikan dasar kepada Indonesia. Sekolah ini pada awalnya didirikan hanya untuk kalangan keturunan Belanda, dengan etische politiek (kepontangan budi) dinegara jajahan Belanda (1870) mulai membuka sekolahan bagi kaum bumi putera (SR). Hal tersebut nampaknya juga akibat pengaruh faham humanisme dan kelahiran baru yang melanda negeri Belanda. Program pendidikan yang diberikan Belanda itu sebenarnya awalnya hanya untuk kepentingan Belanda yaitu untuk meningkatkan produktivitas ditanah jajahannya. Perubahan tersebut akhirnya membawa munculnya sekolah-sekolah seperti STOVIA (1902) yang kemudian berubah menjadi NIAS(1913) dan GHS adalah cikal bakal dari fakultas kedokteran UI, Rechts School (1922) dan Rechthoogen School, THS(1920), sekolah perkebunan di Bogor (1941).

Pada masa Pergerakan Nasional muncul tokoh dalam dunia pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara yang kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, awalnya pun bersekolah di sekolah yang didirikan oleh Bangsa Belanda.

Ki Hajar Dewantara mengenyam pendidikan dasar di ELS (Europeesche Lagere School) Sekolah Dasar Belanda, Sekolah Dokter Bumi Putera (STOVIA), Europeesche Akte Belanda, Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Selain Ki Hajar Dewantara Mantan Wakil Presiden RI ke-4 (1983-1988) Umar Wirahadikusumah juga pernah bersekolah di sekolah Belanda ELS. Semangat belajar generasi bangsa pada masa itu telah membawa perubahan yang besar bagi Bangsa Indonesia untuk mencapai bangsa yang berpendidikan. Hingga saat ini banyak warga negara Indonesia yang bersekolah di Belanda, terbukti dengan adanya PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Den Haag. Seperti kita ketahui Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang dikenal di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Di Eropa sendiri, sistem pendidikan ala Belanda hanya dikenal oleh beberapa negara, antara lain Jerman dan Swedia. Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan akademis dari siswa yang bersangkutan.

Secara umum, sistem penjurusan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (primary en secondary education)
Pendidikan tingkat menengah kejuruan (senior secondary vocational education and training)
Pendidikan tingkat tinggi (higher education)

Sistem pendidikan ini pulalah yang mungkin membuat banyak WNI berminat belajar di Negeri Kincir angin itu. Salah stu contoh sekolah yang juga banyak diminati WNI yaitu The International School of The Hague, merupakan salah satu sekolah di Belanda yang menggunakan bahasa Inggris.


Kendati bangsa Indonesia pernah dijajah Belanda selama kurang lebih 350 tahun tidak menjadikan hal itu sebagai tembok penghalang dalam mencari ilmu bagi generasi-generasi bangsa Indonesia demi terwujudnya Bangsa yang memiliki kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang tinggi, demi kemajuan bangsa Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

 
layout made by rindikhoirusiffa - Paper Templates